RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

OLEH : ANGGUN NAULI, S.Pd.

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 11 SD NEGERI 21 SABANG

 



 

1.    Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Patrap Triloka adalah ajaran KHD yang memuat 3 hal yaitu ing ngarso sung tuladha (di depan memberi contoh), ing masya mangun karsa ( di tengah memotivasi), dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Sebagai seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan dan panutan, menjadi motivator yang selalu mengutamakan komunikasi efektif agar selalu terjalin hubungan yang baik, serta mendorong untuk berkembang bersama. Dengan patrap triloka ini diharapkan pengambilan keputusan selalu berpihak pada murid.

 

2.  Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dasar dalam pengambilan keputusan mencakup 3 hal yaitu nilai – nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggung jawabkan. Nilai – nilai inilah yang akan menjadi dasar penentuan benar/salah sehingga kita dapat membedakan kasus yang termasuk dilema etika atau bujukan moral. Dengan nilai yang tertanam dalam diri kita, memudahkan berpikir logis agar keputusan yang kita ambil benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

3.  Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” (International Coach Federation -ICF).

Tujuan utama coaching adalah membantu coacheeberpikir kritis dan kreatif untuk menemukan sendiri solusi berdasarkan potensi yang dimiliki. Coachee sebenarnya sudah diarahkan melakukan 9 langkah mengambil keputusan dengan proses coaching ini sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang terbaik dengan memaksimalkan dampak positif untuk semua pihak.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam pengambilan keputusan diperlukan emosi yang stabil sehingga pengambil keputusan didasari oleh kesadaran diri dan kesadaran sosial yang baik. Pada proses/langkah pengambilan keputusan, pikiran jernih sangat berpengaruh pada identifikasi dilema etika/bujukan moral, melakukan berbagai uji, dan prinsip yang akan digunakan dalam penyelesaian suatu masalah. Dengan ketenangan hati maka peluang mendapatkan opsi trilema semakin besar. Akan banyak ide muncul sebagai win – win solution yang tentunya dinantikan oleh pihak – pihak yang terlibat masalah.

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada langkah pertama pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus bisa mengenali nilai – nilai kebenaran yang saling bertentangan. Di sinilah nilai – nilai yang selama ini tertanam berperan dalam identifikasi nilai benar/salah. Pada uji intuisi seseorang akan membandingkan dan mengkonfirmasi apakah suatu keputusan sesuai dengan kode etik keprofesian dan nilai – nilai kebajikan yang selama ini diyakini.

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Suatu keputusan yang tepat menekan dampak – dampak negatif sehingga mengusakan tidak ada pihak yang sangat dirugikan. Hal ini akan mewujudkan rasa nyaman, dilindungi, adil, tanpa protes yang akan mengakibatkan ketidaknyamanan di lingkungan tersebut. Kondisi sedikit tidak nyaman tentunya akan dirasakan beberapa orang saat keputusan dihasilkan, namun dengan proses adaptif dan prinsip mendapatkan hasil terbaik maka seiring berjalannya waktu, akan tercipta suasana aman dan nyaman yang dapat dirasakan oleh semua pihak.

7.  Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan – tantangan di lingkungan saya pada pengambilan keputusan kasus dilema etika adalah kebiasaan yang selama ini berjalan dan pihak – pihak yang tidak mau keluar dari zona nyaman. Kebiasaan yang terjadi adalah beberapa orang masih “berpikir sepele untuk masalah – masalah yang mereka anggap kecil”. Mereka biasanya menganggap kasus dibiarkan maka akan reda dengan sendirinya. Hal inilah yang membuat masalah kecil tadi melebar dan menjadi suatu kebiasaan karena dimaklumi. Perubahan paradigma jelas berpengaruh, biasanya ada beberapa orang yang kurang adaptif dengen perubahan yang terjadi baik secara kurikulum maupun aturan kinerja yang memang semua mengarah ke IT.

 

 

 

8.  Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang mengikuti 3 dasar pengambilan keputusan pada akhirnya akan berpihak pada murid. Hal ini tentu akan sejalan dengan pengajaran yang memerdekakan murid. Pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda – beda adalah  dengan pembelajaran berdiferensiasi sehingga semua kebutuhan murid terpenuhi.

9.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran selalu mengusahakan keputusan yang berpihak pada murid. Dengan berbagai prinsip pengambilan keputusan yaitu ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking maka keputusan selalu mengedepankan kebaikan untuk masa depan murid. Guru sebagai fasilitator tentunya berperan sebagai penuntun sekaligus teladan yang dapat diadopsi cara dan langkahnya dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh murid.

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pemebelajaran modul 3.1 adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai – nilai kebajikan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid. Sesuai dengan ajaran KHD bahwa pendidikan adalah menuntun murid mencapai kebahagiaan (modul 1.1).

Sebagai penuntun murid, guru penggerak kita memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif (modul 1.2). Dalam pengambilan keputusan kita akan mengaplikasikan kelima peran guru penggerak. Selain berpihak pada murid, guru harus mandiri dan reflektif. Setiap keputusan yang diambil dievaluasi secara mandiri dan dibuat refleksi untuk memastikan dampak positif dari pengambilan keputusan.

Guru diharapkan menjadi pemrakarsa perubahan, hal ini melibatkan banyak pengambilan keputusan yang besar. Sebagai acuan guru dapat menyusun visi yang berorientasi ke depan untuk diri, murid, dan sekolah secara keseluruhan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan BAGJA (Buat Pertanyaan – Ambil Pelajaran – Gali Mimpi – Atur Eksekusi – Jabarkan Rencana) (modul 1.3). Melalui langkah – langkah ini dapat dipahami bahwa setiap keputusan membuat suatu perubahan semuanya mengedepankan manfaat dan evaluasi untuk memastikan apa yang dijalankan adalah sesuai dengan visi masa depan.

Visi akan terwujud jika budaya positif di sekolah sudah terwujud. Ada keyakinan kelas maupun sekolah yang disepakati bersama. Jika ada penyimpangan, dilakukan penyelesaian masalah dengan segitigita restitusi sehingga pihak – pihak yang terlibat menyadari kesalahannya dan menemukan solusi atas permasalahannya (modul 1.4). Disini sering terjadi juga dilema etika dan bujukan moral yang harus dikenali dengan baik oleh pemimpin pembelajaran sehingga keputusan yang dihasilkan adalah tepat dan berdampak positif. Dengan demikian akan terwujud masyarakat sekolah yang harmonis dan berdisiplin positif.

Visi dalam pembelajaran tentunya memenuhi kebutuhan setiap murid. Guru dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi murid dengan berbagai kemajemukan gaya belajar dan tingkat kesiapan (modul 2.1). Dengan bantuan tes diagnostik dan karakteristik materi yang akan dipelajari oleh murid, seorang guru harus membuat suatu keputusan model dan strategi pembelajaran yang akan dipilih. Hal ini tentu membutuhkan banyak pertimbangan dan perencanaan. Keputusan macam diferensiasi yang akan dipilih dan dikembangkan dalam modul ajar atau RPP dapat dievaluasi efektif atau tidaknya dengan evaluasi hasil belajar siswa.

Setiap keputusan yang baik tentunya dihasilkan oleh pikiran yang jernih dan kondisi emosi yang stabil. Sebagai pemimpin pembelajaran yang berinteraksi dengan murid yang beragam tentunya tidak jarang menemukan masalah – masalah yang dapat mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. Disinilah Kesadaran Sosial Emosional (KSE) harus berjalan dengan baik (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil sesedikit mungkin dampak negatifnya.

Dampak negatif yang kecil dapat kita peroleh juga dengan proses coaching yang baik, dimana coach berperan sebagai mitra yang siap membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).

 

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Menurut pemahaman saya, sebagai pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan/penyelesaian masalah dasar utamanya ada 3 hal yaitu nilai – nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Nilai – nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar namun bertentangan. Nilai ini juga untuk dasar melakukan pengujian keputusan.  Prinsip yang digunakan diantaranya ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Dengan berbagai macam pertimbangan dan langkah – langkah diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif dan win – win solution untuk semua pihak. Hal – hal tidak terduga yang diluar dugaan adalah dengan komunikasi dan kolaborasi pengambilan keputusan dapat lebih maksimal menghasilkan berbagai alternatif penyelesaian (opsi trilema) sehingga kedua hal ini sangatlah penting dalam proses pengambilan keputusan.

12.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, perbedaannya adalah setelah mempelajari modul ini saya lebih terstruktur dan mempunyai target waktu dalam penyelesaian persoalan. Saya juga lebih percaya diri mengambil keputusan karena sudah melalui langkah – langkah pengujian yang detail hingga mempertimbangkan dampak dan tindak lanjut dari sebuah keputusan.

13.   Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya lebih percaya diri dan berani membuat program – program untuk pengembangan diri dan murid. Karena mengikuti 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip saya menjadi lebih detail dan berhati – hati saat mengambil keputusan.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu saya memiliki kecakapan mengambil keputusan dan menentukan pengembangan diri secara lebih terarah dan terprogram. Sebagai seorang pemimpin saya mempunyai keterampilan berelasi dan berani memutuskan hal yang akan berdampak besar bagi lingkungan.

 

 

 

 

 

Komentar

  1. Blog ini sangat menarik bagi saya bu Anggun, Saya suka bagaimana bu Anggun dapat menjelaskan dengan baik tentang kepala sekolah dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan. Penekanan pada pentingnya emosi dan coaching untuk membuat keputusan yang baik juga sangat bermanfaat. Terima kasih atas wawasan yang berharga ini bu Anggun.

    BalasHapus
  2. Luar biasa bu Anggu, penjelasannya sangat menarik.

    BalasHapus
  3. Blog bu anggun sangat menarik untuk dibaca, Ringkasannya sangat mudah di pahami dan sangat termotivasi

    BalasHapus
  4. Pemaparan yg bagus buk anggun, mudah di pahami, sukses terus buk anggun .

    BalasHapus
  5. Tulisan yang bagus Bu anggun sangat menginspirasi

    BalasHapus
  6. terimakasih rangkumannya..materi lengkap, penjelasan yang padat dan bisa menjadi bahan referensi bagi saya (Supriadi)

    BalasHapus
  7. Pembahasannya sangat jelas Bu Anggun,teruslah semangat

    BalasHapus
  8. sangat menarik sekali dan mudah dipahami

    BalasHapus
  9. Sangat menarik dan mudah dipahami. sukses untuk bu Anggun

    BalasHapus

Posting Komentar